Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HUBUNGAN ANTARA GURU DENGAN MURID

HUBUNGAN ANTARA GURU DENGAN MURID

Buntut dari peristiwa (pernyataan al Qur'an adalah mahluk) di era al Makmun berakibat meyingkirnya imam Syafi’i (hijrah) dari Hijaz ke Mesir, setelah beberapa waktu di Mesir Imam Syafi’i memanggil seorang muridnya yg bernama Rabi’ bin Sulaiman. Rabi’ ini terkenal sebagai periwayat karya² Imam Syafi’i. Hampir semua karya Imam Syafi’i yg sampai pada zaman ini melalui Rabi’ bin Sulaiman. 

Imam Syafi’i berkata, “Wahai Rabi’, Ini suratku. Pergilah dan sampaikan surat ini kepada Abu Abdillah (panggilan Imam Ahmad bin Hanbal). Sesampai di sana kamu tunggu jawabannya dan sampaikan padaku.”

Setelah menerima perintah itu Rabi’ segera bergegas menuju Baghdad. Di sana ia berjumpa dengan Imam Ahmad bin Hanbal saat shalat Shubuh. Setelah Imam Ahmad keluar dari mihrab, Rabi’ menyampaikan surat tadi sambil berkata, “Ini surat saudara Anda, As-Syafii dari Mesir.”

 Imam Ahmad bertanya, “Engkau telah tahu isinya ?” 

Rabi’ menjawab, “belum.” 

Kemudian Imam Ahmad membuka surat tersebut dan membacanya sambil berlinangan air mata. Rabi’ yg penasaran kemudian bertanya.

 “Apa isinya, Wahai Abu Abdillah ?” 

Imam Ahmad menjelaskan bahwa As-Syafii dalam surat tersebut bercerita telah bermimpi bertemu Rasulullah Saw. Dalam mimpi tersebut Rasulullah bersabda, “Kirimkan surat kepada Abu Abdillah dan bacakan salamku kepadanya. Kemudian katakan padanya, ‘Sesungguhnya Engkau akan mendapat cobaan besar. Ketika itu jangan Engkau turuti mereka maka Allah akan mengangkat namamu hingga hari kiamat.” 

Setelah mendengar itu, Rabi’ pun berkata, “Ini kabar gembira, Wahai Abu Abdillah.”

Kemudian Imam Ahmad mencopot salah satu baju gamis yg menempel di tubuhnya dan memberikannya kepada Rabi’. (Salah satu kebiasaan orang Arab adalah memberi sesuatu sebagai ucapan terima kasih ketika ada orang yg membuatnya gembira).

Rabi’ menerima pemberian itu sambil menunggu jawaban Imam Ahmad terkait surat imam Syafii.

Setelah urusan selesai Rabi’ kembali ke Mesir. Di sana ia segera menemui Imam Syafii dan memberikan surat balasan dari Imam Ahmad. Setelah itu Imam Syafii bertanya,”Apa yg diberikannya padamu ?” 

Rabi’ menjawab, “Ia memberikan baju gamisnya.”

Imam Syafii melihat kegembiraan yg terpancar dari Rabi’ karena menerima baju tersebut. Kemudian Imam Syafii berkata, “Aku bukan hendak menyusahkanmu dengan memintamu memberikan baju itu padaku. Namun basuhlah baju itu kemudian berikan air basuhannya padaku agar aku bisa bertabarruk dengannya.”

Kisah ini disampaikan oleh banyak ulama diantaranya Imam as-Subki dalam Thabaqat as-Syafiiyah al Kubra, Ibnu Katsir dalam Bidayah wan ‘Nihayah, Ibnul ‘Jauzi dalam Manaqibu Ahmad. Dalam keterangan, Imam Rabi’ menjelaskan bila air tersebut disimpan oleh Imam Syafi’i dan digunakan untuk cuci muka setiap hari. Sebenarnya Imam Ahmad adalah murid dari Imam Syafi’i namun saat itu Imam Ahmad telah terkenal sebagai ulama besar di Baghdad. Hubungan guru dan murid ini tak menghalangi Imam Syafi’i untuk bertabarruk kepada Imam Ahmad sebagai bentuk pengakuan beliau akan kesalehan dan keilmuan Imam Ahmad dan bentuk tawadhu Imam Syafi’i .


Adapun mimpi imam Syafi’i bertemu Rasulullah SAW agar beliau (imam Ahmad) untuk tetap berpegang teguh bahwa al Qur'an adalah Qadim bukan mahluk seperti yg di fatwakan pemerintahan al Makmun, dan imam Ahmad di hukum, di siksa dan di penjara sampai kemudian dibebaskan di era Al-Mutawakkil dan menghentikan perdebatan mengenai al Qur'an. Status Imam Ahmad pun dipulihkan. 


والله اعلم

Post a Comment for "HUBUNGAN ANTARA GURU DENGAN MURID"