Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keberkahan Ta’zhim Kepada Ulama

Keberkahan Ta’zhim Kepada Ulama

Dikisahkan bahwa imam Ibnu Malik (600-672 Hijriyah) tatkala mengarang kitab alfiyyah (nazhom yang terdiri dari 1000 bait syair) tentang gramatika bahasa arab beliau merasa bahwa karya tersebut lebih unggul dari pada karya imam Yahya Bin Mu’thiy az-Zawawiy al-Maghribiy (wafat 628 Hijriyah) yang memang telah lebih dahulu mengarang kitab dalam
gramatika bahasa arab berbentuk syair yang bernama ad-Durarul Alfiyyah (ribuan mutiara) sebutan lainnya Alfiyyah Ibnu Mu’thiy. Kitab ini merupakan kitab gramatika bahasa arab yang pertama dalam bentuk nazham.

Ketika sampai bait:


ﻭَﺃَﺳْﺘَﻌِﻴﻦُ ﺍﻟﻠﻪَ ﻓﻲ ﺃَﻟْﻔِﻴَّﻪْ * ﻣَﻘَﺎﺻِﺪُ ﺍﻟﻨَّﺤْﻮِ ﺑِﻬَﺎ ﻣَﺤْﻮِﻳَّﻪْ


Dan ku memohon pada Allah menjadikan Alfiyyah bisa mencakupi tujuan Ilmu Nahwu

ﺗُﻘَﺮِّﺏُ ﺍﻷَﻗْﺼَﻰ ﺑِﻠَﻔْﻆٍ ﻣُﻮﺟَﺰِ * ﻭﺗَﺒْﺴُﻂُ ﺍﻟﺒَﺬْﻝَ ﺑِﻮَﻋْﺪٍ ﻣُﻨْﺠَﺰِ


Mendekatkan yang jauh dengan lafadz yang ringkas, menyederhanakan dengan upaya yang padat.

ﻭَﺗﻘْﺘَﻀِﻲ ﺭِﺿﺎً ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺳُﺨْﻂِ * ﻓَﺎﺋِﻘَﺔً ﺃَﻟْﻔِﻴَّﺔَ ﺍﺑْﻦِ ﻣُﻌْﻂِ


Yang menuntut keridhaan tanpa kebencian, Yang mengungguli Alfiyahnya Ibnu Mu’thi

ﻓﺎﺋﻘﺔ ﻟﻬﺎ ﺑﺄﻟﻒ ﺑﻴﺖ * ………..

Yang meluhuri dengan seribu bait, …………………..

imam Ibn Malik terkena musibah, tiba-tiba beliau lupa dengan apa yang telah dikuasainya. Ilmunya menjadi macet, laksana serut (ketam) tumpul buat menghaluskan kayu. Beberapa minggu kemudian beliau bermimpi bertemu dengan seseorang lelaki yang wajahnya bercahaya. 

Dalam mimpi itu beliau terlihat bermuram durja, kemudian lelaki yang wajahnya bercahaya itu menyapa beliau: Wahai fulan, apa yang sedang kau pikirkan? Beliau menjawab: “sudah beberapa hari ini aku sedang galau, sekonyong-konyong hafalanku hilang.” Lelaki itu bertanya: Apa yang sedang kau perbuat.” Beliau menjawab: “Aku sedang menyusun sebuah karya tentang bahasa arab ketika sampai bait:


ﻓﺎﺋﻘﺔ ﻟﻬﺎ ﺑﺄﻟﻒ ﺑﻴﺖ * ………..

Yang unggul dengan seribu bait, …………………..

Kaga disangka kaga dinyana, hilang semua ilmu yang ada dipikiranku. Kemudian lelaki itu berkata; “Aku akan sempurnakan bait tersebut;


ﻓﺎﺋﻘﺔ ﻟﻬﺎ ﺑﺄﻟﻒ ﺑﻴﺖ * ﻭ ﺍﻟﺤﻲ ﻗﺪ ﻳﻐﻠﺐ ﺃﻟﻒ ﻣﻴﺖ


Yang mengunggulinya dengan seribu bait, orang yang hidup tentunya bisa menang jika melawan seribu orang mati.

Ketika mendengar lanjutan bait sayir dari lelaki itu, imam ibnu Malik terasa disuapin batu besar bahkan terasa diinjak-injak lal-lakkannta, Beliau sangat malu mendapat sindiran super dahsyat dan beliau yakin betul kalau-kalau lelaki itu adalah Imam Ibn Mu’thi. Akhirnya ketika terbangun dari tidurnya beliau langsung melanjutkan bait Alfiyahnya;

ﻭَﻫْﻮَ ﺑِﺴَﺒْﻖٍ ﺣَﺎﺋِﺰٌ ﺗَﻔْﻀِﻴﻼَ * ﻣُﺴْﺘَﻮْﺟِﺐٌ ﺛَﻨَﺎﺋِﻲَ ﺍﻟْﺠَﻤِﻴﻼَ


Namun beliau memiliki keutamaan karena sebagai pendahulu, yang mesti mendapat sanjungan yang indah

ﻭﺍﻟﻠﻪُ ﻳَﻘْﻀِﻲ ﺑِﻬِﺒَﺎﺕٍ ﻭَﺍﻓِﺮَﻩْ * ﻟﻲ ﻭَﻟَﻪُ ﻓﻲ ﺩَﺭَﺟَﺎﺕِ ﺍﻵﺧِﺮَﻩْ


Semoga Allah memberi anugrah yang berlimpah dan derajat tinggi di akhirat untukku dan untuknya.

Setelah memberikan pujian dan doa kepada Imam Ibn Mu’thi, ujug-ujug Imam Ibn Malik mengingat semua ilmunya sehingga beliau dapat menyempurnakan kitabnya.

Dari kisah di atas, kita bisa mengambil I’tibar sebagai berikut:

– Keutamaan tetap dimiliki oleh para pendahulu sekalipun orang yang datang terkemudian membuat yang lebih bagus dari yang telah ada.

– Memberikan kritik kepada orang yang telah meninggal dunia jangan dijadikan sebuah kebanggaan lantaran orang yang diKritik tersebut tidak dapat memberikan pembelaan.

– Sombong itu adalah ketika kita merasa paling baik, paling benar dan paling-paling serta menolak kebenaran sehingga mudah memandang remeh orang lain.

– Cinta kepada ulama mewariskan keberuntungan yang besar di dunia dan akhirat. Tidak ta’zhim kepada ulama dapat menghilangkan keberkahan hidup.

– Keberkahan ilmu dapat diraih dengan memberikan pengabdian

Te. Darulmusthofaassayaniyah

Post a Comment for "Keberkahan Ta’zhim Kepada Ulama"