Keutamaan Puasa 6 hari Di Bulan Syawal
دار المصطفى ودار الزهراء السيانية:
Puasa 6 hari Di Bulan Syawal
Di antara amalan yang berfadhilah besar setelah mengerjakan puasa wajib bulan Ramadhan adalah melakukan puasa enam hari di bulan Syawwal. Imam Ibn Rajab al-Hambaliy (wafat tahun 795 Hijriyah) dalam kitab Lathaif al-Maarif Fi Ma Li Mawasim al-Am Wa al-Wazhaif halaman 219: menyebutkan lima fadhail (keutamaan) seputar puasa syawal:
1. Puasa syawal menyempurnakan puasa Ramadhan.
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﺻَﺎﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﺃَﺗْﺒَﻌَﻪُ ﺳِﺘًّﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻛَﺎﻥَ ﻛَﺼِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮ
ِ
"Siapa saja berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan 6 hari di bulan syawal, maka dihitung seperti puasa satu tahun penuh" [HR. Muslim]
2. Puasa syawal merupakan pengiring puasa Ramadhan.
Shalat rawatib qabliyah berfungsi sebagai persiapan untuk memasuki shalat fardhu sedangkan shalat rawatib ba`diyah berfungsi untuk menutupi kekurangan dalam shalat. Maka demikian juga dalam puasa syawal dan puasa bulan Sya’ban. Puasa sunat bulan sya’ban merupakan persiapan untuk memasuki puasa wajib di bulan Ramadhan. Sedangkan puasa sunat di di bulan Syawal untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam puasa Ramadhan.
3. Puasa syawal merupakan tanda diterimanya puasa Ramadhan.
Membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhannya, karena Allah apabila menerima amal seorang hamba, akan memberikan taufik untuk beramal shalih setelahnya".
Sebagaimana dosa bisa mengantarkan seseorang berbuat dosa yang lain, Allah berfirman:
ﻭَﺟَﺰَﺍﺀُ ﺳَﻴِّﺌَﺔٍ ﺳَﻴِّﺌَﺔٌ ﻣِﺜْﻠُﻬَﺎ
"Balasan kejelekan adalah berupa kejelekan serupa" [Surat Ash-Syura: 40]
Maka kebaikan juga tabiatnya membuahkan kebaikan yang lainnya,
Allah berfirman:
ﻫَﻞْ ﺟَﺰَﺍﺀُ ﺍﻟْﺈِﺣْﺴَﺎﻥِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﺈِﺣْﺴَﺎﻥ
ُ
"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." [Surat Ar-Rahman: 60]
4. puasa syawwal sebagai wujud syukur
ﻭَﻟِﺘُﻜْﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﺪَّﺓَ ﻭَﻟِﺘُﻜَﺒِّﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺪَﺍﻛُﻢْ ﻭَﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺸْﻜُﺮُﻭﻥ
َ
Artinya : “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah: 185).
5. puasa Syawwal merupakan estafet Ibadah
Ibadah tidak terhenti dengan habisnya bulan Ramadhan tetapi terus berkelanjutan selama kita masih hidup. Batasan beramal manusia hanyalah mati. Allah berfirman :
ﻭَﺍﻋْﺒُﺪْ ﺭَﺑَّﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺗِﻴَﻚَ ﺍﻟْﻴَﻘِﻴﻦُ ...
Sembahlah tuhanMu sehingga datanglah yakin(kematian) .Q.S al-Hijr ayat 99
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦُ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ، ﻭَﻗُﺘَﻴْﺒَﺔُ ﺑْﻦُ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ، ﻭَﻋَﻠِﻲُّ ﺑْﻦُ ﺣُﺠْﺮٍ ، ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻋَﻦْ ﺇِﺳْﻤَﺎﻋِﻴﻞَ ، ﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﺃَﻳُّﻮﺏَ : ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺇِﺳْﻤَﺎﻋِﻴﻞُ ﺑْﻦُ ﺟَﻌْﻔَﺮٍ ، ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧِﻲ ﺳَﻌْﺪُ ﺑْﻦُ ﺳَﻌِﻴﺪِ ﺑْﻦِ ﻗَﻴْﺲٍ ، ﻋَﻦْ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺖِ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﺤَﺎﺭِﺙِ ﺍﻟْﺨَﺰْﺭَﺟِﻲِّ ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﺍﻟْﺄَﻧْﺼَﺎﺭِﻱِّ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ، ﺃَﻧَّﻪُ ﺣَﺪَّﺛَﻪُ ، ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ : « ﻣَﻦْ ﺻَﺎﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﺃَﺗْﺒَﻌَﻪُ ﺳِﺘًّﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ، ﻛَﺎﻥَ ﻛَﺼِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮِ »
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ali bin Hujr semuanya dari Isma'il - Ibnu Ayyub berkata- Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far telah mengabarkan kepadaku Sa'd bin Sa'id bin Qais dari Umar bin Tsabit bin Harits Al Khazraji dari Abu Ayyub Al Anshari radliallahu 'anhu, bahwa ia telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang berpuasa Ramadlan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa."
Dan Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Sa'd Sa'id saudaranya Yahya bin Sa'id, telah mengabarkan kepada kami Umar bin Tsabit telah mengabarkan kepada kami Ayyub Al Anshari radliallahu 'anhu, ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda. Yakni dengan hadits semisalnya. (Shahih Imam Muslim hadist no: 1164).
Faidah dari hadist di atas:
Puasa 6 hari Di Bulan Syawal
Di antara amalan yang berfadhilah besar setelah mengerjakan puasa wajib bulan Ramadhan adalah melakukan puasa enam hari di bulan Syawwal. Imam Ibn Rajab al-Hambaliy (wafat tahun 795 Hijriyah) dalam kitab Lathaif al-Maarif Fi Ma Li Mawasim al-Am Wa al-Wazhaif halaman 219: menyebutkan lima fadhail (keutamaan) seputar puasa syawal:
1. Puasa syawal menyempurnakan puasa Ramadhan.
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﺻَﺎﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﺃَﺗْﺒَﻌَﻪُ ﺳِﺘًّﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻛَﺎﻥَ ﻛَﺼِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮ
ِ
"Siapa saja berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan 6 hari di bulan syawal, maka dihitung seperti puasa satu tahun penuh" [HR. Muslim]
2. Puasa syawal merupakan pengiring puasa Ramadhan.
Shalat rawatib qabliyah berfungsi sebagai persiapan untuk memasuki shalat fardhu sedangkan shalat rawatib ba`diyah berfungsi untuk menutupi kekurangan dalam shalat. Maka demikian juga dalam puasa syawal dan puasa bulan Sya’ban. Puasa sunat bulan sya’ban merupakan persiapan untuk memasuki puasa wajib di bulan Ramadhan. Sedangkan puasa sunat di di bulan Syawal untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam puasa Ramadhan.
3. Puasa syawal merupakan tanda diterimanya puasa Ramadhan.
Membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhannya, karena Allah apabila menerima amal seorang hamba, akan memberikan taufik untuk beramal shalih setelahnya".
Sebagaimana dosa bisa mengantarkan seseorang berbuat dosa yang lain, Allah berfirman:
ﻭَﺟَﺰَﺍﺀُ ﺳَﻴِّﺌَﺔٍ ﺳَﻴِّﺌَﺔٌ ﻣِﺜْﻠُﻬَﺎ
"Balasan kejelekan adalah berupa kejelekan serupa" [Surat Ash-Syura: 40]
Maka kebaikan juga tabiatnya membuahkan kebaikan yang lainnya,
Allah berfirman:
ﻫَﻞْ ﺟَﺰَﺍﺀُ ﺍﻟْﺈِﺣْﺴَﺎﻥِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﺈِﺣْﺴَﺎﻥ
ُ
"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." [Surat Ar-Rahman: 60]
4. puasa syawwal sebagai wujud syukur
ﻭَﻟِﺘُﻜْﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﺪَّﺓَ ﻭَﻟِﺘُﻜَﺒِّﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺪَﺍﻛُﻢْ ﻭَﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺸْﻜُﺮُﻭﻥ
َ
Artinya : “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah: 185).
5. puasa Syawwal merupakan estafet Ibadah
Ibadah tidak terhenti dengan habisnya bulan Ramadhan tetapi terus berkelanjutan selama kita masih hidup. Batasan beramal manusia hanyalah mati. Allah berfirman :
ﻭَﺍﻋْﺒُﺪْ ﺭَﺑَّﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺗِﻴَﻚَ ﺍﻟْﻴَﻘِﻴﻦُ ...
Sembahlah tuhanMu sehingga datanglah yakin(kematian) .Q.S al-Hijr ayat 99
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦُ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ، ﻭَﻗُﺘَﻴْﺒَﺔُ ﺑْﻦُ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ، ﻭَﻋَﻠِﻲُّ ﺑْﻦُ ﺣُﺠْﺮٍ ، ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻋَﻦْ ﺇِﺳْﻤَﺎﻋِﻴﻞَ ، ﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﺃَﻳُّﻮﺏَ : ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺇِﺳْﻤَﺎﻋِﻴﻞُ ﺑْﻦُ ﺟَﻌْﻔَﺮٍ ، ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧِﻲ ﺳَﻌْﺪُ ﺑْﻦُ ﺳَﻌِﻴﺪِ ﺑْﻦِ ﻗَﻴْﺲٍ ، ﻋَﻦْ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺖِ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﺤَﺎﺭِﺙِ ﺍﻟْﺨَﺰْﺭَﺟِﻲِّ ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﺍﻟْﺄَﻧْﺼَﺎﺭِﻱِّ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ، ﺃَﻧَّﻪُ ﺣَﺪَّﺛَﻪُ ، ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ : « ﻣَﻦْ ﺻَﺎﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﺃَﺗْﺒَﻌَﻪُ ﺳِﺘًّﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ، ﻛَﺎﻥَ ﻛَﺼِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮِ »
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ali bin Hujr semuanya dari Isma'il - Ibnu Ayyub berkata- Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far telah mengabarkan kepadaku Sa'd bin Sa'id bin Qais dari Umar bin Tsabit bin Harits Al Khazraji dari Abu Ayyub Al Anshari radliallahu 'anhu, bahwa ia telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang berpuasa Ramadlan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa."
Dan Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Sa'd Sa'id saudaranya Yahya bin Sa'id, telah mengabarkan kepada kami Umar bin Tsabit telah mengabarkan kepada kami Ayyub Al Anshari radliallahu 'anhu, ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda. Yakni dengan hadits semisalnya. (Shahih Imam Muslim hadist no: 1164).
Faidah dari hadist di atas:
- Sebagai dalil kesunnahan puasa enam hari di bulan syawwal.
- Puasa enam hari tersebut dikerjakan selama di bulan Syawwal.
- Lebih utama dilakukan secara berturut-turut meskipun boleh dipisahkan
- Pahala puasa bulan Ramadhan seperti puasa 10 bulan. Dan Puasa 6 hari bulan Syawwal menjangkepkan setahun.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya:
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺍﻟْﺤَﻜَﻢُ ﺑْﻦُ ﻧَﺎﻓِﻊٍ ، ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺍﺑْﻦُ ﻋَﻴَّﺎﺵٍ ، ﻋَﻦْ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﺤَﺎﺭِﺙِ ﺍﻟﺬِّﻣَﺎﺭِﻱِّ ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﺳْﻤَﺎﺀَ ﺍﻟﺮَّﺣَﺒِﻲِّ ، ﻋَﻦْ ﺛَﻮْﺑَﺎﻥَ ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ : " ﻣَﻦْ ﺻَﺎﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﻓَﺸَﻬْﺮٌ ﺑِﻌَﺸَﺮَﺓِ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ، ﻭَﺻِﻴَﺎﻡُ ﺳِﺘَّﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻓَﺬَﻟِﻚَ ﺗَﻤَﺎﻡُ ﺻِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﺴَّﻨَﺔِ "
Telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Nafi' telah bercerita kepada kami Ibnu 'Ayyasy dari Yahya bin Al Harits Adz Dzimari dari Abu Asma Ar Rahabi dari Tsauban dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Barangsiapa puasa Ramadhan maka itu sebulan dikali sepuluh bulan, dan puasa enam hari setelah romadhon itulah penggenap puasa setahun." (Musnad Ahmad hadist no: 22412).
Allah juga berfirman:
ﻣَﻦْ ﺟَﺎﺀَ ﺑِﺎﻟْﺤَﺴَﻨَﺔِ ﻓَﻠَﻪُ ﻋَﺸْﺮُ ﺃَﻣْﺜَﺎﻟِﻬَﺎ
Siapa yang mengerjakan kebaikan maka baginya adalah sepuluh balasan kadarnya…(al-Anam 160)
Maka puasa sebulan Ramadhan 30 hari X 10= 300.
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺍﻟْﺤَﻜَﻢُ ﺑْﻦُ ﻧَﺎﻓِﻊٍ ، ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺍﺑْﻦُ ﻋَﻴَّﺎﺵٍ ، ﻋَﻦْ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﺤَﺎﺭِﺙِ ﺍﻟﺬِّﻣَﺎﺭِﻱِّ ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﺳْﻤَﺎﺀَ ﺍﻟﺮَّﺣَﺒِﻲِّ ، ﻋَﻦْ ﺛَﻮْﺑَﺎﻥَ ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ : " ﻣَﻦْ ﺻَﺎﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﻓَﺸَﻬْﺮٌ ﺑِﻌَﺸَﺮَﺓِ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ، ﻭَﺻِﻴَﺎﻡُ ﺳِﺘَّﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻓَﺬَﻟِﻚَ ﺗَﻤَﺎﻡُ ﺻِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﺴَّﻨَﺔِ "
Telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Nafi' telah bercerita kepada kami Ibnu 'Ayyasy dari Yahya bin Al Harits Adz Dzimari dari Abu Asma Ar Rahabi dari Tsauban dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Barangsiapa puasa Ramadhan maka itu sebulan dikali sepuluh bulan, dan puasa enam hari setelah romadhon itulah penggenap puasa setahun." (Musnad Ahmad hadist no: 22412).
Allah juga berfirman:
ﻣَﻦْ ﺟَﺎﺀَ ﺑِﺎﻟْﺤَﺴَﻨَﺔِ ﻓَﻠَﻪُ ﻋَﺸْﺮُ ﺃَﻣْﺜَﺎﻟِﻬَﺎ
Siapa yang mengerjakan kebaikan maka baginya adalah sepuluh balasan kadarnya…(al-Anam 160)
Maka puasa sebulan Ramadhan 30 hari X 10= 300.
Sedangkan puasa di bulan Syawal 6 hari X 10= 60. Total 360, hari dalam satu tahun.
Bila bulan Ramadhan hanya 29 hari x 10= 290 + 60 = 350, dengan luasnya karunia dan rahmat Allah Taala, bilangan tersebut digenapkan walaupun kurang dari bilangan hari dalam setahun.
Siapa saja yang punya hutang puasa di bulan Ramadhan, lalu ia berniat menggabung dua niat sekaligus niat qadha dan puasa syawwal, para ulama berbeda pendapat. Ada yang menyatakan sah, sebagian ulama lain mengatakan tidak sah keduanya, sebagian lagi menegaskan: yang sah hanya pahala puasa sunnahnya.
Bila seseorang melakukan puasa qadha Ramadhan bertepatan dengan bulan Syawal maka secara otomatis ia kan mendapatkan pahala puasa sunnah di bulan Syawal. Jadi cara niatnya cukup niat puasa qadha saja dan disaat itu ia mendapatkan pahalanya puasa Syawal. Akan tetapi pahala tersebut berbeda dengan orang yang melakukan puasa qadha dan puasa enam hari di bulan syawwal secara terpisah.
Syeikh Abdullah as-Syarqawiy menyatakan dalam Hasyiyah at-Tahrir;
" ﻭﻟﻮ ﺻﺎﻡ ﻓﻴﻪ - ﺃﻱ ﺷﻮﺍﻝ - ﻗﻀﺎﺀ ﻋﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻧﺬﺭًﺍ ﺃﻭ ﻧﻔﻠًﺎ ﺁﺧﺮ ، ﺣﺼﻞ ﻟﻪ ﺛﻮﺍﺏ ﺗﻄﻮﻋﻬﺎ ، ﺇﺫ ﺍﻟﻤﺪﺍﺭ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻮﺩ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﻓﻲ ﺳﺘﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻣﻦ ﺷﻮﺍﻝ ... ﻟﻜﻦ ﻻ ﻳﺤﺼﻞ ﻟﻪ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ ﺍﻟﻜﺎﻣﻞ ﺍﻟﻤﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻄﻠﻮﺏ ﺇﻻ ﺑﻨﻴﺔ ﺻﻮﻣﻬﺎ ﻋﻦ ﺧﺼﻮﺹ ﺍﻟﺴﺖ ﻣﻦ ﺷﻮﺍﻝ ، ﻭﻻﺳﻴﻤﺎ ﻣﻦ ﻓﺎﺗﻪ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺼﺪﻕ ﺃﻧﻪ ﺻﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻭﺃﺗﺒﻌﻪ ﺳﺘًّﺎ ﻣﻦ ﺷﻮﺍﻝ
Apa bila seseorang melakukan puasa qadha atau lainnnya seperti puasa nadzar dan puasa sunnah (senin dan kamis) di bulan syawwal, maka otomatis ia mendapat pahala puasa sunnah syawwal tersebut. karena yang menjadi patokan terjadinya puasa yang dilakukan itu pada enam hari bulan Syawwal. Akan tetapi ia tidak mendapat pahala sempurna sebagaimana yang diperintahkan kecuali dengan meniatkan puasa enam hari di bulan syawwal secara khusus. Terlebih lagi, bagi orang yang masih punya sangkutan hutang qadha puasa bulan Ramadhan, ia tidak termasuk bagian orang yang mengiringi puasa Ramadhan dengan puasa syawwal.
Mengenai kapan star melakukan puasa Syawwal para ulama berbeda pendapat. Imam Malik memakruhkan seseorang mengawali puasa Syawwal pada awal-awal bulan syawwal (langsung tangal 2 dan seterusnya). Dalam mazhab Imam Malik disunnahkan untuk menundanya sampai tengah-tengah bulan syawwal dan dilakukan selama enam hari dengan terpisah-pisah tidak berturut-turut serta dikerjakan dengan sir (tersembunyi). Pendapat Imam Malik tersebut didasarkan kepada Sad’ adz-Dzara’I (mencegah sesuatu agar tidak terjadi kerusakan), yakni agar orang awam tidak menyangka puasa enam hari di bulan syawwal sebagai ibadah wajib. Imam Malik bukan berpaling dari Nash agama, tetapi beliau justru menjaga keutuhan nash agama dari takwil yang merusak tujuan syariat.
Dengan alasan yang sama, Sayiduna Abu Bakar dan sayiduna ‘Umar tidak menyembelih qurban untuk dirinya selama setahun atau dua tahun karena khawatir jika dianggap wajib. Begitu juga empat ulama mazhab memakruhkan seseorang lelaki menikahi wanita kitabiyah (ahli kitab Yahudi Dan Nashrani).
Dalam kitab alfiqh ala madzahib al-Arbaah disebutkan;
ﻳﻜﺮﻩ ﺗﺰﻭﺝ ﺍﻟﻜﺘﺎﺑﻴﺔ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﻲ ﺩﺍﺭ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﺗﺸﺘﺪ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﻴﺔ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﻲ ﺩﺍﺭ ﺍﻟﺤﺮﺏ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﺭﺃﻱ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ .
Seorang muslim dimakruhkan menikahi wanita kitabiyah apabila ia tinggal di Negara islam. Dan kemakruhan semakin kuat mana kala ia berada di Negara harbi. Pendapat ini sama dengan pendapat sebagian ulama’ madzhab maliki.
Dalam Kitab Minhajut Tholibin, Imam Nawawi menjelaskan:
ﻳﺤﺮﻡ ﻧﻜﺎﺡ ﻣﻦ ﻻ ﻛﺘﺎﺏ ﻟﻬﺎ ﻛﻮﺛﻨﻴﺔ ﻭﻣﺠﻮﻳﻴﺔ ﻭﺗﺤﻞ ﻛﺘﺎﺑﻴﺔ ﻟﻜﻦ ﺗﻜﺮﻩ ﺣﺮﺑﻴﺔ ﻭﻛﺬﺍ ﺫﻣﻴﺔ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ .
Bagi seorang muslim haram menikahi wanita yang tidak memiliki kitab suci seperti penyembah berhala dan majusi. Dan boleh baginya menikahi wanita kitabiyah tetapi hukumnya makruh jika wanita itu termasuk harbiyah. Demikian juga dzimiyyah menurut pendapat yang shohih.
Lantaran selempang (adanya kekhawatiran) dampak negatif di masa datang. Boleh jadi status wanita kitabiyah itu belum jelas, apakah kitabiyah asli atau wanita muslimah tetapi murtad. Saddu adz-Dzari’ah juga dilakukan oleh Imam Hasan al-Bashriy ketika beliau ditanya orang: Ya Imam, apakah boleh pria muslim menikahi wanita Kitabiyah? Beliau menjawab: Tidak usah menikahi wanita kitabiyah, lah wong wanita muslimah sangat banyak.”
Pendapat yang memakruhkan puasa syawwal dilakukan di awal-awal bulan syawwal juga dikuatkan dengan riwayat Imam Abdurrazzaq (wafat tahun 211 Hijriyah) dalam kitab al-Mushannaf:
ﻗَﺎﻝَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺮَّﺯَّﺍﻕِ : ﻭَﺳَﺄَﻟْﺖُ ﻣَﻌْﻤَﺮًﺍ ﻋَﻦْ ﺻِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﺴِّﺖِّ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺑَﻌْﺪَ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ، ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﻪُ : ﺗُﺼَﺎﻡُ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﺑِﻴَﻮْﻡٍ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : « ﻣَﻌَﺎﺫَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫِﻲَ ﺃَﻳَّﺎﻡُ ﻋِﻴﺪٍ ﻭَﺃَﻛْﻞٍ ﻭَﺷُﺮْﺏٍ ، ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﺗُﺼَﺎﻡُ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔُ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻳَّﺎﻡِ ﺍﻟْﻐُﺮِّ ، ﺃَﻭْ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔُ ﺃَﻳَّﺎﻡِ ﺍﻟْﻐُﺮِّ ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﺪَﻫَﺎ ، ﻭَﺃَﻳَّﺎﻡُ ﺍﻟْﻐُﺮِّ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ ، ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ ، ﻭَﺧَﻤْﺴَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ » ، ﻭَﺳَﺄَﻟْﻨَﺎ ﻋَﺒْﺪَ ﺍﻟﺮَّﺯَّﺍﻕِ : « ﻋَﻤَّﻦْ ﻳَﺼُﻮﻡُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲ؟ ﻓَﻜَﺮِﻩَ ﺫَﻟِﻚَ ، ﻭَﺃَﺑَﺎﻩُ ﺇِﺑَﺎﺀً ﺷَﺪِﻳﺪًﺍ »
Imam Abdur razzaq berkata: “Aku bertanya kepada Ma’mar tentang puasa enam hari di bulan syawwal seteah Idul fitri. Banyak orang mengatakan dikerjakan setelah tanggal satu syawwal yakni hari kedua Syawwal.Ma’mar berkata: “Aku berlindung kepada Allah, hari kedua masih disebut juga hari raya, hari makan dan minum, lakukanlah puasa Syawwal selama 3 hari sebelum Ayyamul Ghurri dan 3 hari lagi setelah Ayyamul Ghurri. Yang dimaksud ayyamul ghurri adalah tanggal 13, 14 dan 15 Syawwal. Dan kami bertanya kepada Imam Abdurrazzaq mengenai orang yang memulai puasa syawwal tanggal dua? Beliau memakruhkannya dan menolak dengan keras.” (mushannaf Abdir razzaq hadist no: 7922).
Pendapat mayoritas ulama: puasa syawal bisa dimulai kapan saja selama dia bisa menyelesaikan 6 hari puasa itu di bulan syawal baik secara berurutan dan terpisah-pisah. Walaupun tidak diragukan bahwa menyegerakan pengerjaannya itu lebih utama berdasarkan keumuman dalil untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan dan dalil yang menganjurkan untuk tidak menunda amalan saleh.
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺣْﻤَﺪُ ﺑْﻦُ ﻣَﻨِﻴﻊٍ ، ﻗَﺎﻝَ : ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﻣُﻌَﺎﻭِﻳَﺔَ ، ﻗَﺎﻝَ : ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺳَﻌْﺪُ ﺑْﻦُ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ، ﻋَﻦْ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺖٍ ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﻗَﺎﻝَ : ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ﻣَﻦْ ﺻَﺎﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﺃَﺗْﺒَﻌَﻪُ ﺳِﺘًّﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻓَﺬَﻟِﻚَ ﺻِﻴَﺎﻡُ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮِ .
ﻭَﻓِﻲ ﺍﻟﺒَﺎﺏِ ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ، ﻭَﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ، ﻭَﺛَﻮْﺑَﺎﻥَ . ﺣَﺪِﻳﺚُ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﺣَﺪِﻳﺚٌ ﺣَﺴَﻦٌ ﺻَﺤِﻴﺢٌ . ﻭَﻗَﺪْ ﺍﺳْﺘَﺤَﺐَّ ﻗَﻮْﻡٌ ﺻِﻴَﺎﻡَ ﺳِﺘَّﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﺑِﻬَﺬَﺍ ﺍﻟﺤَﺪِﻳﺚِ . ﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻙِ : ﻫُﻮَ ﺣَﺴَﻦٌ ﻫُﻮَ ﻣِﺜْﻞُ ﺻِﻴَﺎﻡِ ﺛَﻼَﺛَﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺷَﻬْﺮٍ . ﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻙِ : ﻭَﻳُﺮْﻭَﻯ ﻓِﻲ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟﺤَﺪِﻳﺚِ ﻭَﻳُﻠْﺤَﻖُ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﺑِﺮَﻣَﻀَﺎﻥَ ، ﻭَﺍﺧْﺘَﺎﺭَ ﺍﺑْﻨُﺎﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻙِ ﺃَﻥْ ﺗَﻜُﻮﻥَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻓِﻲ ﺃَﻭَّﻝِ ﺍﻟﺸَّﻬْﺮِ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻙِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ : ﺇِﻥْ ﺻَﺎﻡَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻣُﺘَﻔَﺮِّﻗًﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﺟَﺎﺋِﺰٌ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭَﻭَﻯ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻌَﺰِﻳﺰِ ﺑْﻦُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ، ﻋَﻦْ ﺻَﻔْﻮَﺍﻥَ ﺑْﻦِ ﺳُﻠَﻴْﻢٍ ، ﻭَﺳَﻌْﺪِ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴﺪٍ
، ﻋَﻦْ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺖٍ ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻫَﺬَﺍ . ﻭَﺭَﻭَﻯ ﺷُﻌْﺒَﺔُ ، ﻋَﻦْ ﻭَﺭْﻗَﺎﺀَ ﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ، ﻋَﻦْ ﺳَﻌْﺪِ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺤَﺪِﻳﺚَ ، ﻭَﺳَﻌْﺪُ ﺑْﻦُ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﻫُﻮَ ﺃَﺧُﻮ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِﻱِّ ﻭَﻗَﺪْ ﺗَﻜَﻠَّﻢَ ﺑَﻌْﺾُ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﺤَﺪِﻳﺚِ ﻓِﻲ ﺳَﻌْﺪِ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﻣِﻦْ ﻗِﺒَﻞِ ﺣِﻔْﻈِﻪِ . ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻫَﻨَّﺎﺩٌ ، ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﺍﻟﺤُﺴَﻴْﻦُ ﺑْﻦُ ﻋَﻠِﻲٍّ ﺍﻟﺠُﻌْﻔِﻲُّ ، ﻋَﻦْ ﺇِﺳْﺮَﺍﺋِﻴﻞَ ﺃَﺑِﻲ ﻣُﻮﺳَﻰ ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﺤَﺴَﻦِ ﺍﻟﺒَﺼْﺮِﻱِّ ﻗَﺎﻝَ : ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﺫُﻛِﺮَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺻِﻴَﺎﻡُ ﺳِﺘَّﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻘَﺪْ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﺼِﻴَﺎﻡِ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺸَّﻬْﺮِ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺴَّﻨَﺔِ ﻛُﻠِّﻬَﺎ .
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Sa'd bin Sa'id dari Umar bin Tsabit dari Abu Ayyub dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: " Barang siapa yang berpuasa Ramadlan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka hal itu sama dengan puasa setahun penuh."
Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Jabir, Abu Hurairah dan Tsauban. Abu 'Isa berkata, hadits Abu Ayyub adalah hadits hasan shahih. Sebagian ulama menyukai untuk berpuasa enam hari di bulan Syawwal berdasarkan hadits ini. Ibnu Al Mubarak berkata, pendapat itu baik seperti halnya berpuasa tiga hari di pertengahan tiap bulan, Ibnu Al Mubarak melanjutkan, telah diriwayatkan di sebagian hadits, bahwa puasa ini lanjutan dari puasa Ramadlan, Ibnu Mubarak memilih dan lebih menyukai berpuasa enam hari di awal bulan berturut-turut namun tidak mengapa jika ingin berpuasa enam hari tidak berurutan. (perawi) berkata, 'Abdul Aziz bin Muhammad telah meriwayatkan hadits ini dari Shafwan bin Sulaim, sedangkan Sa'ad bin Sa'id meriwayatkannya dari Umar bin Tsabit dari Abu 'Ayyub dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam. Begitu juga Syu'bah meriwayatkan hadits ini dari Warqa' bin Umar dari Sa'ad bin Sa'id dan Sa'ad bin Sa'id ialah saudaranya Yahya bin Sa'id Al Anshari, para ahlul hadits mencela Sa'ad bin Sa'id dari segi hafalannya. Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al Ju'fi dari Isra'il Abu Musa dari Hasan Al Bashri beliau berkata, jika disebutkan padanya puasa enam hari di bulan Syawwal dia berkata, demi Allah, sungguh Allah telah ridla kepada puasa enam hari di bulan Syawwal sebanding dengan puasa setahun penuh. (sunan at-Tirmidzi hadis no: 759).
يالله بالتوفيق حتى نفيق ونلحق الفريق
Mudah-mudahan kita mendapat taufiq sehingga kita bisa di golongkan dengan orang-orang sholeh...
Aamiiiiiin
Siapa saja yang punya hutang puasa di bulan Ramadhan, lalu ia berniat menggabung dua niat sekaligus niat qadha dan puasa syawwal, para ulama berbeda pendapat. Ada yang menyatakan sah, sebagian ulama lain mengatakan tidak sah keduanya, sebagian lagi menegaskan: yang sah hanya pahala puasa sunnahnya.
Bila seseorang melakukan puasa qadha Ramadhan bertepatan dengan bulan Syawal maka secara otomatis ia kan mendapatkan pahala puasa sunnah di bulan Syawal. Jadi cara niatnya cukup niat puasa qadha saja dan disaat itu ia mendapatkan pahalanya puasa Syawal. Akan tetapi pahala tersebut berbeda dengan orang yang melakukan puasa qadha dan puasa enam hari di bulan syawwal secara terpisah.
Syeikh Abdullah as-Syarqawiy menyatakan dalam Hasyiyah at-Tahrir;
" ﻭﻟﻮ ﺻﺎﻡ ﻓﻴﻪ - ﺃﻱ ﺷﻮﺍﻝ - ﻗﻀﺎﺀ ﻋﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻧﺬﺭًﺍ ﺃﻭ ﻧﻔﻠًﺎ ﺁﺧﺮ ، ﺣﺼﻞ ﻟﻪ ﺛﻮﺍﺏ ﺗﻄﻮﻋﻬﺎ ، ﺇﺫ ﺍﻟﻤﺪﺍﺭ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻮﺩ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﻓﻲ ﺳﺘﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻣﻦ ﺷﻮﺍﻝ ... ﻟﻜﻦ ﻻ ﻳﺤﺼﻞ ﻟﻪ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ ﺍﻟﻜﺎﻣﻞ ﺍﻟﻤﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻄﻠﻮﺏ ﺇﻻ ﺑﻨﻴﺔ ﺻﻮﻣﻬﺎ ﻋﻦ ﺧﺼﻮﺹ ﺍﻟﺴﺖ ﻣﻦ ﺷﻮﺍﻝ ، ﻭﻻﺳﻴﻤﺎ ﻣﻦ ﻓﺎﺗﻪ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺼﺪﻕ ﺃﻧﻪ ﺻﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻭﺃﺗﺒﻌﻪ ﺳﺘًّﺎ ﻣﻦ ﺷﻮﺍﻝ
Apa bila seseorang melakukan puasa qadha atau lainnnya seperti puasa nadzar dan puasa sunnah (senin dan kamis) di bulan syawwal, maka otomatis ia mendapat pahala puasa sunnah syawwal tersebut. karena yang menjadi patokan terjadinya puasa yang dilakukan itu pada enam hari bulan Syawwal. Akan tetapi ia tidak mendapat pahala sempurna sebagaimana yang diperintahkan kecuali dengan meniatkan puasa enam hari di bulan syawwal secara khusus. Terlebih lagi, bagi orang yang masih punya sangkutan hutang qadha puasa bulan Ramadhan, ia tidak termasuk bagian orang yang mengiringi puasa Ramadhan dengan puasa syawwal.
Mengenai kapan star melakukan puasa Syawwal para ulama berbeda pendapat. Imam Malik memakruhkan seseorang mengawali puasa Syawwal pada awal-awal bulan syawwal (langsung tangal 2 dan seterusnya). Dalam mazhab Imam Malik disunnahkan untuk menundanya sampai tengah-tengah bulan syawwal dan dilakukan selama enam hari dengan terpisah-pisah tidak berturut-turut serta dikerjakan dengan sir (tersembunyi). Pendapat Imam Malik tersebut didasarkan kepada Sad’ adz-Dzara’I (mencegah sesuatu agar tidak terjadi kerusakan), yakni agar orang awam tidak menyangka puasa enam hari di bulan syawwal sebagai ibadah wajib. Imam Malik bukan berpaling dari Nash agama, tetapi beliau justru menjaga keutuhan nash agama dari takwil yang merusak tujuan syariat.
Dengan alasan yang sama, Sayiduna Abu Bakar dan sayiduna ‘Umar tidak menyembelih qurban untuk dirinya selama setahun atau dua tahun karena khawatir jika dianggap wajib. Begitu juga empat ulama mazhab memakruhkan seseorang lelaki menikahi wanita kitabiyah (ahli kitab Yahudi Dan Nashrani).
Dalam kitab alfiqh ala madzahib al-Arbaah disebutkan;
ﻳﻜﺮﻩ ﺗﺰﻭﺝ ﺍﻟﻜﺘﺎﺑﻴﺔ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﻲ ﺩﺍﺭ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﺗﺸﺘﺪ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﻴﺔ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﻲ ﺩﺍﺭ ﺍﻟﺤﺮﺏ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﺭﺃﻱ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ .
Seorang muslim dimakruhkan menikahi wanita kitabiyah apabila ia tinggal di Negara islam. Dan kemakruhan semakin kuat mana kala ia berada di Negara harbi. Pendapat ini sama dengan pendapat sebagian ulama’ madzhab maliki.
Dalam Kitab Minhajut Tholibin, Imam Nawawi menjelaskan:
ﻳﺤﺮﻡ ﻧﻜﺎﺡ ﻣﻦ ﻻ ﻛﺘﺎﺏ ﻟﻬﺎ ﻛﻮﺛﻨﻴﺔ ﻭﻣﺠﻮﻳﻴﺔ ﻭﺗﺤﻞ ﻛﺘﺎﺑﻴﺔ ﻟﻜﻦ ﺗﻜﺮﻩ ﺣﺮﺑﻴﺔ ﻭﻛﺬﺍ ﺫﻣﻴﺔ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ .
Bagi seorang muslim haram menikahi wanita yang tidak memiliki kitab suci seperti penyembah berhala dan majusi. Dan boleh baginya menikahi wanita kitabiyah tetapi hukumnya makruh jika wanita itu termasuk harbiyah. Demikian juga dzimiyyah menurut pendapat yang shohih.
Lantaran selempang (adanya kekhawatiran) dampak negatif di masa datang. Boleh jadi status wanita kitabiyah itu belum jelas, apakah kitabiyah asli atau wanita muslimah tetapi murtad. Saddu adz-Dzari’ah juga dilakukan oleh Imam Hasan al-Bashriy ketika beliau ditanya orang: Ya Imam, apakah boleh pria muslim menikahi wanita Kitabiyah? Beliau menjawab: Tidak usah menikahi wanita kitabiyah, lah wong wanita muslimah sangat banyak.”
Pendapat yang memakruhkan puasa syawwal dilakukan di awal-awal bulan syawwal juga dikuatkan dengan riwayat Imam Abdurrazzaq (wafat tahun 211 Hijriyah) dalam kitab al-Mushannaf:
ﻗَﺎﻝَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺮَّﺯَّﺍﻕِ : ﻭَﺳَﺄَﻟْﺖُ ﻣَﻌْﻤَﺮًﺍ ﻋَﻦْ ﺻِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﺴِّﺖِّ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺑَﻌْﺪَ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ، ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﻪُ : ﺗُﺼَﺎﻡُ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﺑِﻴَﻮْﻡٍ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : « ﻣَﻌَﺎﺫَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫِﻲَ ﺃَﻳَّﺎﻡُ ﻋِﻴﺪٍ ﻭَﺃَﻛْﻞٍ ﻭَﺷُﺮْﺏٍ ، ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﺗُﺼَﺎﻡُ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔُ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻳَّﺎﻡِ ﺍﻟْﻐُﺮِّ ، ﺃَﻭْ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔُ ﺃَﻳَّﺎﻡِ ﺍﻟْﻐُﺮِّ ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﺪَﻫَﺎ ، ﻭَﺃَﻳَّﺎﻡُ ﺍﻟْﻐُﺮِّ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ ، ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ ، ﻭَﺧَﻤْﺴَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ » ، ﻭَﺳَﺄَﻟْﻨَﺎ ﻋَﺒْﺪَ ﺍﻟﺮَّﺯَّﺍﻕِ : « ﻋَﻤَّﻦْ ﻳَﺼُﻮﻡُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲ؟ ﻓَﻜَﺮِﻩَ ﺫَﻟِﻚَ ، ﻭَﺃَﺑَﺎﻩُ ﺇِﺑَﺎﺀً ﺷَﺪِﻳﺪًﺍ »
Imam Abdur razzaq berkata: “Aku bertanya kepada Ma’mar tentang puasa enam hari di bulan syawwal seteah Idul fitri. Banyak orang mengatakan dikerjakan setelah tanggal satu syawwal yakni hari kedua Syawwal.Ma’mar berkata: “Aku berlindung kepada Allah, hari kedua masih disebut juga hari raya, hari makan dan minum, lakukanlah puasa Syawwal selama 3 hari sebelum Ayyamul Ghurri dan 3 hari lagi setelah Ayyamul Ghurri. Yang dimaksud ayyamul ghurri adalah tanggal 13, 14 dan 15 Syawwal. Dan kami bertanya kepada Imam Abdurrazzaq mengenai orang yang memulai puasa syawwal tanggal dua? Beliau memakruhkannya dan menolak dengan keras.” (mushannaf Abdir razzaq hadist no: 7922).
Pendapat mayoritas ulama: puasa syawal bisa dimulai kapan saja selama dia bisa menyelesaikan 6 hari puasa itu di bulan syawal baik secara berurutan dan terpisah-pisah. Walaupun tidak diragukan bahwa menyegerakan pengerjaannya itu lebih utama berdasarkan keumuman dalil untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan dan dalil yang menganjurkan untuk tidak menunda amalan saleh.
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺣْﻤَﺪُ ﺑْﻦُ ﻣَﻨِﻴﻊٍ ، ﻗَﺎﻝَ : ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﻣُﻌَﺎﻭِﻳَﺔَ ، ﻗَﺎﻝَ : ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺳَﻌْﺪُ ﺑْﻦُ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ، ﻋَﻦْ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺖٍ ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﻗَﺎﻝَ : ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ﻣَﻦْ ﺻَﺎﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﺃَﺗْﺒَﻌَﻪُ ﺳِﺘًّﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻓَﺬَﻟِﻚَ ﺻِﻴَﺎﻡُ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮِ .
ﻭَﻓِﻲ ﺍﻟﺒَﺎﺏِ ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ، ﻭَﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ، ﻭَﺛَﻮْﺑَﺎﻥَ . ﺣَﺪِﻳﺚُ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﺣَﺪِﻳﺚٌ ﺣَﺴَﻦٌ ﺻَﺤِﻴﺢٌ . ﻭَﻗَﺪْ ﺍﺳْﺘَﺤَﺐَّ ﻗَﻮْﻡٌ ﺻِﻴَﺎﻡَ ﺳِﺘَّﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﺑِﻬَﺬَﺍ ﺍﻟﺤَﺪِﻳﺚِ . ﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻙِ : ﻫُﻮَ ﺣَﺴَﻦٌ ﻫُﻮَ ﻣِﺜْﻞُ ﺻِﻴَﺎﻡِ ﺛَﻼَﺛَﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺷَﻬْﺮٍ . ﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻙِ : ﻭَﻳُﺮْﻭَﻯ ﻓِﻲ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟﺤَﺪِﻳﺚِ ﻭَﻳُﻠْﺤَﻖُ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﺑِﺮَﻣَﻀَﺎﻥَ ، ﻭَﺍﺧْﺘَﺎﺭَ ﺍﺑْﻨُﺎﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻙِ ﺃَﻥْ ﺗَﻜُﻮﻥَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻓِﻲ ﺃَﻭَّﻝِ ﺍﻟﺸَّﻬْﺮِ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻙِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ : ﺇِﻥْ ﺻَﺎﻡَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻣُﺘَﻔَﺮِّﻗًﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﺟَﺎﺋِﺰٌ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭَﻭَﻯ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻌَﺰِﻳﺰِ ﺑْﻦُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ، ﻋَﻦْ ﺻَﻔْﻮَﺍﻥَ ﺑْﻦِ ﺳُﻠَﻴْﻢٍ ، ﻭَﺳَﻌْﺪِ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴﺪٍ
، ﻋَﻦْ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺖٍ ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻫَﺬَﺍ . ﻭَﺭَﻭَﻯ ﺷُﻌْﺒَﺔُ ، ﻋَﻦْ ﻭَﺭْﻗَﺎﺀَ ﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ، ﻋَﻦْ ﺳَﻌْﺪِ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺤَﺪِﻳﺚَ ، ﻭَﺳَﻌْﺪُ ﺑْﻦُ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﻫُﻮَ ﺃَﺧُﻮ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِﻱِّ ﻭَﻗَﺪْ ﺗَﻜَﻠَّﻢَ ﺑَﻌْﺾُ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﺤَﺪِﻳﺚِ ﻓِﻲ ﺳَﻌْﺪِ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﻣِﻦْ ﻗِﺒَﻞِ ﺣِﻔْﻈِﻪِ . ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻫَﻨَّﺎﺩٌ ، ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﺍﻟﺤُﺴَﻴْﻦُ ﺑْﻦُ ﻋَﻠِﻲٍّ ﺍﻟﺠُﻌْﻔِﻲُّ ، ﻋَﻦْ ﺇِﺳْﺮَﺍﺋِﻴﻞَ ﺃَﺑِﻲ ﻣُﻮﺳَﻰ ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﺤَﺴَﻦِ ﺍﻟﺒَﺼْﺮِﻱِّ ﻗَﺎﻝَ : ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﺫُﻛِﺮَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺻِﻴَﺎﻡُ ﺳِﺘَّﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻘَﺪْ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﺼِﻴَﺎﻡِ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺸَّﻬْﺮِ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺴَّﻨَﺔِ ﻛُﻠِّﻬَﺎ .
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Sa'd bin Sa'id dari Umar bin Tsabit dari Abu Ayyub dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: " Barang siapa yang berpuasa Ramadlan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka hal itu sama dengan puasa setahun penuh."
Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Jabir, Abu Hurairah dan Tsauban. Abu 'Isa berkata, hadits Abu Ayyub adalah hadits hasan shahih. Sebagian ulama menyukai untuk berpuasa enam hari di bulan Syawwal berdasarkan hadits ini. Ibnu Al Mubarak berkata, pendapat itu baik seperti halnya berpuasa tiga hari di pertengahan tiap bulan, Ibnu Al Mubarak melanjutkan, telah diriwayatkan di sebagian hadits, bahwa puasa ini lanjutan dari puasa Ramadlan, Ibnu Mubarak memilih dan lebih menyukai berpuasa enam hari di awal bulan berturut-turut namun tidak mengapa jika ingin berpuasa enam hari tidak berurutan. (perawi) berkata, 'Abdul Aziz bin Muhammad telah meriwayatkan hadits ini dari Shafwan bin Sulaim, sedangkan Sa'ad bin Sa'id meriwayatkannya dari Umar bin Tsabit dari Abu 'Ayyub dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam. Begitu juga Syu'bah meriwayatkan hadits ini dari Warqa' bin Umar dari Sa'ad bin Sa'id dan Sa'ad bin Sa'id ialah saudaranya Yahya bin Sa'id Al Anshari, para ahlul hadits mencela Sa'ad bin Sa'id dari segi hafalannya. Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al Ju'fi dari Isra'il Abu Musa dari Hasan Al Bashri beliau berkata, jika disebutkan padanya puasa enam hari di bulan Syawwal dia berkata, demi Allah, sungguh Allah telah ridla kepada puasa enam hari di bulan Syawwal sebanding dengan puasa setahun penuh. (sunan at-Tirmidzi hadis no: 759).
يالله بالتوفيق حتى نفيق ونلحق الفريق
Mudah-mudahan kita mendapat taufiq sehingga kita bisa di golongkan dengan orang-orang sholeh...
Aamiiiiiin
Official resmi Pesantren Darul Musthofa Assayaniyah
Post a Comment for "Keutamaan Puasa 6 hari Di Bulan Syawal"