Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PANAHAN PUISI

PANAHAN PUISI

Inilah titian kasih dalam panahan puisi aksaranya berbicara
Di hamparan tingkap alam terbuka
Maknawinya pernyataan kudus cinta
Muntahan ilmu dalam kias gambaran sketsa alam kehidupan terencana
Berlari masa antara masa terhukumnya zaman
Segala nikmatpun tercurah bersama titis hujan dan bias mentari menghangatkan

Seruling cinta pun berlagu dalam jubah Adam 
Membelai kasih sang puteri idaman
Dan bumi pun membentangkan hamparan menerima pijakan musafir utusan
Tarian ilalang berlenggok melambai kedatangan...dalam bisik angin berbicaralah suara-suara gema tawa hilai dan tangisan
Kini kafilah telah menyebar ke pelusuk alam memikul rahsia cinta yang terbalut tirai tak terhuraikan
Biar tangis kerinduan sepanjang zaman namun selubung cinta tak membenarkan tirainya terselak walau sehelai benang

Apakah musim-musim akan menceritakan kesah ratapan manusia? 
Apakah mega-mega akan tersendu melihat kemelaratan manusia?
Apakah mentari akan menangisi nasib malang menimpa manusia?
Tiada siapa yang akan bersimpati pada duri-duri berbisa larikan lidah manusia..
Dan kedurhakaan-kedurhakaan hati yang membuat kerosakan dan bencana atas muka bumi dalam keingkaran mematuhi hukum Ilahi
Melainkan suara-suara pujian memuji Yang Esa  Maka akan bertasbih samalah rumput-rumput di bawah pijakannya..kerana langit dan bumi hanya mengasihi jiwa-jiwa yang tunduk patuh kepada Penguasa alam dan sudi merapatkan mukanya mencium kerendahan tanah juga mengasihi sekelian makhluk kehidupan

Dan mereka-mereka yang sombong congkak mendada serakah dalam durhakanya ...
terlaknatlah di sumpah debu-debu dan seisi alam..selagi tak ingin menunduk patuh pada Penguasa alam maka selama itulah langit dan bumi menyumpah atas setiap pijakan kesombongannya itu...Air, api, angin dan tanah melaknat akan tubuh-tubuh durhaka yang lupa dirinya adalah adunan dari saripati empat unsur alam tersebut...saat tubuh durhaka itu disemadikan ke perut bumi..maka bumi walau tanpa kerelaan dengan terpaksa menerima batang tubuh durhaka itu, pasti dengan amarahnya akan menghimpit remuk tulang belulang tanpa belas kasih lagi.

Di mana titian kasih?, sedang yang melimpahkan kurnia kasih tiada terpandang akan luhur kasihNya.

Dari tinta lidah kebenaran
Amir Debu Alam

25052017.1900.

Post a Comment for "PANAHAN PUISI"