Dan Orang Tua Murid Pun Berandil
Ilmu dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat luhur. Ilmu bukan hanya sekedar kumpulan pengetahuan dalam jiwa, akan tetapi yang terdhzahirkan dalam tindakan dan ucapan.
Dengan ilmu, seseorang dapat bijak dalam bertindak dan bertutur, sebagai bukti ketundukan kepada Alloh swt.
Saking luhurnya ilmu dalam Islam, semua elemen yang berada pada aras ini diharuskan ikut serta memuliakan ilmu, salah satunya dengan memuliakan ahli ilmu, yaitu guru.
Kitab Ta'limul Muta'allim tidak ketinggalan ikut berperan serta menguatkan pandangan di atas.
Imam Zarnuji selaku penulis mengutarakan, bahwa ada tiga pilar yang harus bersinergi memuluskan perjalanan ilmiyah dan ruhiyah seorang murid.
Yang pertama adalah murid. Kedua adalah guru yang mendidik. Dan yang ketiga orang tua murid.
Kita sering diberitahu adab-adab yang harus dipunyai seorang murid, begitu pun nilai-nilai luhur yang harus dijiwai seorang guru.
Namun kita jarang disuguhkan akan nilai-nilai luhung yang juga niscaya dipegangi orang tua murid. Nilai itu adalah memuliakan mereka yang mengajari anaknya.
Satu contoh yang ditampilkan Imam Zarnuji, penulis Ta'limul Muta'allim, adalah nilai-nilai luhur yang dipegangi khalifah Harun Ar-Rosyid, ketika mendapati anaknya sedang menyirami gurunya yang sedang wudhu.
Saat mengetahui hal itu, Harun Ar-Rasyid bukannya kecewa dengan sang guru, malah menganjurkan agar anaknya bukan hanya disuruh menyirami tapi juga mencucikan kaki gurunya.
Kisah lainnya adalah Muhammad Al-Fatih, sang Pejuang Islam. Bagaimana orang tuanya menyerahkan penuh kepada gurunya, syaikh Aaq Syamsuddin untuk dididik.
Dengan kepercayaan itu, sang guru leluasa mendidik muridnya bahkan tidak segan menghukum anak khalifah ketika melanggar, tanpa pernah menerima aduan dari ayahnya.
Keberkahan ilmu dapat luntur akibat orang tua tidak mampu menata diri terhadap guru anaknya. Kisah syaikh Abdul Qodir memperlihatkan itu kepada kita.
Saat mendengar kabar kalau anaknya sering makan ayam sisa gurunya, orang tua datang mengadukan perlakuan syaikh.
Dengan dalih anaknya dititipkan supaya pintar, diajarkan ilmu, bukan diperlakukan seperti budak.
Dan syaikh pun meminta agar anaknya dibawa pulang. Dalam perjalanan pulang, orang tuanya menanyakan akan beberapa persoalan ilmu.
Ternyata anaknya pandai, paham banyak ilmu, bisa menjawab berbagai persoalan.
Akhirnya wali murid tadi sadar akan kekhilafannya, akan perlakuannya yang tidak layak, dan bermaksud menitipkan kembali kepada gurunya tadi.
Namun syaikh Abdul Qodir tidak berkenan menerima kembali, karena syaikh tahu, kalau luka hati yang dialaminya telah berhasil menutup hati anak tersebut dari mereguk ilmu darinya.
Wallohu 'alam bi showab
Post a Comment for " Dan Orang Tua Murid Pun Berandil"